Jumat, 14 Oktober 2016

BOLEH PULANG PAK?

BOLEH PULANG PAK?
"Pak saya ngantuk. Boleh pulang?" tanysasalah satu muridku. Kulihat jam di tangan. Belum menunjuk angka 11.
"Tadi malam begadang kemana?" tanyaku santai sambil melanjutkan membaca berita banjir di harian pagi.
"Kok begadang to Pak. Jam tujuh saya sudah tidur," jawabnya kecewa 
"Kebanyakn tidur? Kamu lagi jatuh cinta ya?" aku sok tahu. Biasanya pertanyaanku banyak benarnya. Namun kali ini meleset jauh. Dugaan saya salah.
"Biasanya hanya mengankat karung sentrat pakan ikan Pak, Tapi kemaren ngangkat semen,"
Aku terkejut. Kuhentikan membacaku. Kupandangi dia..
"Maksudmu? di rumah membangun? Mendatangkan semen?" tanyaku lagi
"Oalah Pak, kok membangun. Ibuk saya itu buruh nyuci, buruh memasak, bapak saya cuma ngarit,. Itu pun kambing titipan tetangga. Duit dari mana untuk membangun? Apa yang dibangun?"
Ternyata sepulang sekolah dia bekerja di tetangganya. Menjadi kuli di toko pakan ternak. Saat itu pemilik toko sedang membangun.
"Tubuhmu kurus seperti itu kuat ngangkut semen?" tanyaku sambil mengamati tubuhnya. Badannya kurus. Kulitnya bersih. namun lengan tangannya kelihatan berisi.
"Kuat Pak. Biasanya sentrat ikan hanya 30 kg. Kemaren semen lo Pak."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar