Kamis, 14 April 2016

Ruang Pengungsi

Ruang Pengungsi? ekstrim banget

kadang tersenyum juga memilih kata yang kuungkapkan untuk ruang komputer. Dekat tata usaha, berpintu jeruji besi seperti penjara.
Sempi. makin trsa sempit karena ruangnya pengap. Jendela kaca berteralis itu ditutupi oleh spanduk berdebu dari spanduk minuman ringan. itu pun hanya terpasang asal tertutup. Mungkin tujuannya agar layar komputer terbaca karena sinar matahari tak banyak masuk.
kata teman TU, spanduk itu dipasang sementara, tapi akhrinya bertahun-tahun juag.

Akhairnya, jumat yang disepakai semua pakai kaos. termasuh Bapak Ibu Guru. membersihkan raung Tu dan ruang guru. Kertas-kertas yang tidak terpakai disingkirkan. Sykur kalau ada yang mau menjual ke tukang rosok.

Alahamdulilah, raungan itu keliahatn lebih luas. debu debu mulai sirna. Tumpukan kertas tak terpakai hilang. Tumpukan buku buku di ruang guru rapi. Ruang BK yang menjadi gudang kurikulum pun rapi. Perlu niat dan kerja bareng

Arko Rusak

"Pak arko nya rusak. kapan dibelikan, agar bisa untuk membuang sampah?" tanya teman pesuruh yang masih PTT itu. Hari ketiga saya masuk sekolah ini, dipameri arko yang rusak. Pekarangan sekolah yang banyak pepohonan memang memrlukan alat ini. Tapi beli dari mana? uang siapa?

Esoknya, saya bawakan dari rumah. Kuberi tahu, sekolah belum mampu beli. Sementara itu saja dipakai.

Kuamati alat rusak itu. Apakah masih bisa diungsikan? Kuajak teman pesuruh pergi ke tukang las. Bagaimana caranya agar alat pengangkut sampah bia berfungsi. 200 meter dari sekolah ternyata ada tukang yang sanggup
Tiga hari kemudian alat jadi. Aku terenyum. Ternyata masih bisa difungsikan sampai sekarang. Sudah 15 bulan sampai saya tulis di sini.. Ongkosnya pun? Hanya Rp 85 ribu.

Pagiku membuka jendela


Ada yang mengasyikkan

bagaimana tidak asyik? Ketika saya datang, pegawai tata usaha masih sepi. Kubuka jendela yang jarang terbuka. Debu dan rumah serangga menempel di sana. Kuambil juga sulak untuk membersihkannya. Dan itu kulakukan dengan senyum.

Pernah kupinjam sulak pada teman tata usaha yang ada, untuk membersihkan rak di ruangan yang brebu. Sulak pun diberikan. tapi tak sesuai tujuan
"Biar saya yang memebrsihkan Pak." kalimat itu yang kurapkan. Tidak muncul. Aku hanya tersenyum.
Ingin minta tolong pesuruh agar ngelap kaca jendela, tak sampai hati. Pesuruh hanya satu orng. Membersihkan lingkungan yang luas tak cukup.

Akhirnya, sengaja kucari siswa yang melanggar tata tertib. Kuajak memberihkan raung kepala sekolah termasuk kaca jndela dari luar dan dari dalam. Alhamdulilah, berubah. "pantes diswang". Walaupun belum layak dikatakan ruang kepala sekolah. Minimal saya bisa bernafas lega tanpa melihat kotoran yang ada di depan mata.

PERPUSTAKAAN GUDANG BUKU

GUDANG BUKU

Ya. Itulah sebutan yang tepat untuk perpustakaan sekolahku. Gudang buku. Sola-soal UN 6 tahun lalu masih tersimpan rapi di perpustakaan. Soal-soal tryout, soal sumatif berpadu dalam ruangan yang sempit.
 Buku-buku baru juga masih terikat rapi. Buku-buku kurikulum lama teronggok dimakan rayap. 

Bingung
Benar-benar binbgung. Memulai dari mana. Ada tenaga perpustakaan dari guru. Jam mengajar 24 jam. Kapan melayani siswa? Pelayanan buku peljaran dilakukan oleh guru mata pelajarn masing-masing

Harus
Harus berfungsi. Kumulai dar mengeluarkan soal-soal yang tak terpakai. Perpustakaan bukan gudang sekolah. Alhamdulilah mulai tampak bahwa ini perpustakaan.
Bagaimana penataan?

Membuat permohonan ke Kepala Perpustakaan Daerah Kabupaten Tulungagung. Minta bantuan teknis pengelolaan perpustakaan. Alhamdulilah, diberi bantuan 6 tenaga relawan prpustakaan. 
Tiga hari membantu memfungsikan perpustakaan, mulai pukul 08.00 s.d. pukul 15 .00. Hasilnya? Perpustakaan bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Walaupun sederhana, tapi tujuan utama tercapai. Berfungsi.

WC mengerikan

WC siswa mengerikan

WC iswa tidak berfungsi. Jika saya ceritakan, seperti WC di tengah hutan yang lama tidak digunakan. Lantai dinding berlumut. Bak air pun ada air tapi tak ada gayung. Pintu banyak jebol. Atap genting hancur berantakan. Coretan di sana sini..

Setelah berani memebrikan sanksi kepda siswa, guru pun mulai berani menertibkan siswa. Kesiswaan menghukum siswa yang terlambat dengan cara hormat bendera.

Hukuman perlu dialihkan. siswa terlambat 3 kali membersihkan wc.
Kendalanya? Alat kebersihan tidak tersedia.. Gayung sama sekali tak ada.

Dua minggu kemudian WC saya tengok. Luar biasa. Ternyata masih bisa difungsikan. Gayung 4 buah yang baru dibeikan, 2 sudah hancur. Tak boleh menyerah. Dibelikan lagi..
Kerusakan terjadi karena perilaku anak yang bermain main di toilet. kalau mereka bermain di sana berarti toilet tidak bau lagi kan. Mereka kerasan?

Disambut Pencuri

DISAMBUT PENCURI

Baru saja berbuka puasa. Hari itu puasa ketiga. Haus telah sirna. Lapar terobati dengan sepiring nasi.
Baru saja sholat taraweh, handphone berbunyi.
Astaghfirulah. Sekolah kecurian

Hari itu hari ke enam saya menjadi kepala sekolah. Bingung, panik melanda.
Akhirnya meluncur juga ke sekolah. Jarak 34 km itu begitu jauh rasanya untuk segera sampai ke lokasi.

Jendela sekolah dicongkel maling. Pintu tata usaha terbuka. Ruang komputer yang kuncinya berlapis tiga hancur terbuka. Ruang komputer siswa masih selamat, hanya bekas congkelan.

Teman TU yang sudah berada di skolah segera menelepon teman2, melacak siapa yang biasanya membawa laptop atau LCD. Informasi makin jelas. 1 unit komputer, 1 printer, 1 laptop, 1 unit LCD dicuri.

Penjaga sekolah yang hanya 1 orang pun bercerita. Dia hanya pulang untuk sholat taraweh. Dari mushola langsung ke sekolah. Dia masih sempat melihat 4 orang berlari melompat pagar keluar sekolah. Lari menuju arah utara. 

Utara sekolah kebun tebu yang luas, sampai ke tepi sungai Brantas. Sekolah jauh dari kampung. Keamanan memang riskan. Dan kejadian pencurian itu bukan kali ini saja terjadi