Jumat, 14 Oktober 2016

KASIHAN ADIK LO PAK.

KASIHAN ADIK LO PAK.
Kutanyakan namanya. Tidak ada. Waktu upacara tidak terdapat dalam barisan. Terlambat lagi. Terlambat dan terlambat. Kasusnya. Selalu terlambat.
"Kamu sudah janji kalau naik ke kelas sembilan tidak akan terlambat lagi," tanyaku setelah jam ketiga mencarinya di kelas.

NGGAK BISA TIDUR

NGGAK BISA TIDUR
Jam terahir. Anak-anak asyik mengerjakan tugas. Di sudut bangku pojok belakang kulihat ada siswa yang tertidur pulas. Kudekati. Benar-benar terlelap. Kuperhatikan tubuhnya kurus. Tanggannya kelihatan kekar untuk anak seusia kelas 2 SMP.
"
Anak-anak yang lain mulai rame ketika melihat saya duduk di sebelahnya. Kutempelkan jari telunjuk di bibirku. Anak-anak pun diam.
Kukeluarkan handphone dari saku. Kuabadikan dia dalam lelapnya tidur.
Tiba-tiba suara anak anak pecah meembuat gaduh kelas. Dia terbangun. Gelagapan melihat saya pegang handphone.
"Pak, jangan difoto lo Pak, saya malu,' pintanya sambil mengusap rambutnya yang acak acakan.
Kubuka hand[phone, kutunjukkan fotonya ketika tidur pulas. Dia terkejut.
"Pak, jangan diupload di fb lo Pak. saya malu. Saya minta maaf," pintanya memelas. Aku hanya ttersenyum.
Tadi malam tidur jam sebelas. Tapi jam empat sudah bangun. Makanya sekarang ngantuk.
"Mengapa pagi pagi sudah bangun?" tanyaku.
"Saya sedih Pak. Bapak hanya janji janji katanya kirim uang untuk ikut rekreasi. tetapi sampai sekarang nggak ada,"
Bapaknya lama kerja di Malaysia. setahun yang lalu pulang membawa anak dan istri baru. Ibuknya diceraikan begitu saja.
Jika ingat bapak nggak kirim uang, saya nggak bisa tidur.
Sejak bapaknya nikah lagi, dia bekerja. Sepulang sekolah, dia kerja di industri rumah tangga. Pembuat gantungan pakaian. Tiap Sabtu gajian, tapi hanya mampu menabung 25 ribu.

MASIH INGAT SAYA PAK?

MASIH INGAT SAYA PAK?
"Masih ingat saya Pak", sapa inbox di FB
"Maaf, saya lupa. Siapa ya?' tanyaku sambil mengamati foto wanita cantik pemilik akun Fb itu. Dari penampilanya, dia seorang TKW.
"Dulu murid Bapak waktu SMP."
"Wah maaf ya lulus tahun berapa?" tanyaku masih penasarn. Kuamati beberapa foto albumnya. Tampak juga foto gadis remaja dalam pelukannya.
"Wah sukses bekerja di luar negeri?" lanjut saya memuji.
"Ya Pak Alhamdulilah."
"Semoga sukses juga keluarganya. Biasanya godaan TKI adalah keretakan keluarga," lanjut saya penuh harapan dan doa. Seorang guru akan sangat bahagia jika melihat murid2nya sukses. Baik dalam ekonomi maupun kehidupan keluarga.
"Doakan ya Pak. Saya kuat. Membiayai anak saya. Sekarang sudah semester tiga di Kebidanan,".......
.
Aku terdiam. Doa saya, membuat dia bercerita. Suaminya Menikah lagi dengan teman dekatnya. Padahal uang tiap bulan dikirimkan untuk membiayai anaknya sekolah. Kini dia tetap bersemangat menyekolahkan anaknya yang mulai remaja.
Dia janji tidak nikah lagi sebelum anaknya sukses.
SEMANGAT YA NDUK

UANG SAKU 2 RIBU

UANG SAKU 2 RIBU

Pagi-pagi seorang ibu paruh baya sudah siap di depan kantor. Posturnya tinggi, badannya kelihatan berisi. Tampak dia pekerja keras. Dengan pakaian daster warna biru muda, tergopoh - gopoh menemui saya.
“Pak, maaf nggih saya nggak sopan. Pagi-pagi sudah datang ke sekolah,” ucapnya sebelum saya persilakan duduk. Sandal jepitnya di lepas di depan pintu kantor.
“Putu saya gak berani masuk, karena belum bisa membayar kaos olah raga Pak. Maaf ya Pak. Saya hanya tukang pijat,” ucapnya tegas. Taka da kesan inta belas kasih. “Ini saya hanya bawa uang duapuluh ribu Pak, untuk ngangsur. Maklum pijat agak sepi,” sambil mergoh dompet yang ada tulisan nama took, dikeluarkannya lembaran lima ribuan dua, duaribuan lima.
Saya berusaha tersenyum agar ibu berjilbab coklat itu tenang. Setelah saya silakan duduk, dia pun bercerita.
Anak perempuannya meninggal ketika melahirkan cucunya yang sekarang sudah kelas tujuh SMP itu . Dia meninggalkan 5 orang anak. Sedangkan menantunya hanya kuli batu.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari, dia menjajakan jasa pijat. Suaminya sakit sakitan. Tidak mampu bekerja lagi. Kalau [pijat sepi, dia kerja seadanya. Buruh mencuci pakain di tetangganya, atau bantu bersih-bersih rumah.
“ Apakah benar tadi nenekmu?” tanyaku pada Prita setelahibu yang mengaku neneknya tadi pulang.
“Bude Pak. Tapi saya memanggil nenek,” jawab siswa kelas tujuh. Badanya kurus. Wajahnya cantik meskipun tampak tak terawat.
“Kamu yang membiayai sekolah siapa?” tanyaku kemudian.
“Ya Bude Pak,”
“Bapakmu?”
“Bapak saya hanya kuli bangunan. Kalau dapat uang diberikan nenek untuk kebutuhan makan.”
Saya diam memperhatikan kepolosannya
“Kalau sekolah dikasih uang saku berapa?”
“Duaribu Pak?”
“Kamu sarapan dari rumah?” tanyaku makin penasaran
“Nggak Pak.”
“Sarapan di kantin?”
"Tidak Pak. Saya tidak biasa sarapan. Uang saku saya belikan es teh dan jajan,”
“Kamu tidak lapar?” tanyaku nyerocos tak percaya dengan jawaban anak itu.
“Sudah biasa Pak”.
Aku pun diam. Tak tahu ingin bertanya apalagi

BOLEH PULANG PAK?

BOLEH PULANG PAK?
"Pak saya ngantuk. Boleh pulang?" tanysasalah satu muridku. Kulihat jam di tangan. Belum menunjuk angka 11.
"Tadi malam begadang kemana?" tanyaku santai sambil melanjutkan membaca berita banjir di harian pagi.
"Kok begadang to Pak. Jam tujuh saya sudah tidur," jawabnya kecewa 
"Kebanyakn tidur? Kamu lagi jatuh cinta ya?" aku sok tahu. Biasanya pertanyaanku banyak benarnya. Namun kali ini meleset jauh. Dugaan saya salah.
"Biasanya hanya mengankat karung sentrat pakan ikan Pak, Tapi kemaren ngangkat semen,"
Aku terkejut. Kuhentikan membacaku. Kupandangi dia..
"Maksudmu? di rumah membangun? Mendatangkan semen?" tanyaku lagi
"Oalah Pak, kok membangun. Ibuk saya itu buruh nyuci, buruh memasak, bapak saya cuma ngarit,. Itu pun kambing titipan tetangga. Duit dari mana untuk membangun? Apa yang dibangun?"
Ternyata sepulang sekolah dia bekerja di tetangganya. Menjadi kuli di toko pakan ternak. Saat itu pemilik toko sedang membangun.
"Tubuhmu kurus seperti itu kuat ngangkut semen?" tanyaku sambil mengamati tubuhnya. Badannya kurus. Kulitnya bersih. namun lengan tangannya kelihatan berisi.
"Kuat Pak. Biasanya sentrat ikan hanya 30 kg. Kemaren semen lo Pak."

BAPAKKU GENDHAAN THOK

BAPAKKU GENDHAAN THOK
"Bapakku cuma gendhakan thok (selingkuh). Blas gak mikir ngragati saya sekolah!" jawab muridku yang tadi pagi saya tanya pekerjaan bapakjnya.
Saya terkejut. Dengan lantangnya di menajwab pertanyaanku di dalam kelas. Teman teman sekelasnya tertawa. Kelas jadi ramai. Tapi dia tanpa beban menceritakan bapaknya yang lama tidak pulang. Kerja di malaysia, jarang kirim uang, tiba tiba terdengar sudah nikah lagi di malaysia dengan tetangga desanya.
"Yeng membiayai kamu?" tanyaku selanjutnya
"YO Mak ku. Kirim dikit dikit. Lha cuma pembantu rumah tangga di Malaysia," jawabanya tetap lantang di ruangan yang semakinj gaduh mengomentari jawabannya.
"mmamakmu nggak nikah lagi?" tanyaku menggoda
"masih o te we (OTW) Pak!" wajahnya ceria tak ada beban sama sekali
"O te we? maksudnya bagaimana?" aku bingung, teman teman sekelasnya tertawa.
"Masih pacaran gitu lo Pak,"
Teman teman sekelas tertawa serempak. Aku pujh ikut tertawa terpingkal pingkal melihat kepolosannya. tak ada beban bahwa iru prifacy bagi dirinya dan keluarganya.
Dia menyukai calon bapaknya yang baru. Pernah bertemu ketika pulang kampung. Pernah pula memberikan uang saku untuknya.
"Bapakku blass nggak ingat aku lo Pak, Sudah hapy karo gendhakane."