Jumat, 14 Oktober 2016

KASIHAN ADIK LO PAK.

KASIHAN ADIK LO PAK.
Kutanyakan namanya. Tidak ada. Waktu upacara tidak terdapat dalam barisan. Terlambat lagi. Terlambat dan terlambat. Kasusnya. Selalu terlambat.
"Kamu sudah janji kalau naik ke kelas sembilan tidak akan terlambat lagi," tanyaku setelah jam ketiga mencarinya di kelas.


"Ngantar adik lo Pak." jawaban yang selalu disampaikan setiap ditanya mengapa terlambat.
"Tiga hari yang lalau saya ke rumahmu. Bertemu nenek. Saya sampaikan kalau kamu sering terlambat. Nenekmu sudah mengingatkan, agar kamu berangkat saja duluan, supaya tidak terlambat," jawabku dengan nada agak tinggi. Merasa dibohongi.
"Pak, saya tidak bohong lo Pak. Saya jujur. Kasihan adik saya. Jalan kaki dari rumah ke sekolah jauh," matanya mulai berkaca kaca.
"Nenek pagi-pagi sudah ke sawah, buruh tandur. Apalagi tadi pagi adik nangis. Mencari pensil tidak ketemu.,"
Yang disebut adik adalah 2 orang anak kecil yang baru duduk di kelas 1 dan kelas 3 SD. Mereka anak buleknya yang ditinggal pergi menjadi TKI, tetapi belum sukses. Dia tinggal bersama neneknya dan seorang kakaknya.
"Kalau seperti itu, kamu terlambat tiap pagi?" tanyaku lagi.
"Saya bisa datang pagi Pak, tetapi kalau adik saya tidak bersekolah, saya kasihan. Saya juga ingin sekolah pak," Wajahnya menunduk. Usut matanya memerah. Ada titik air yang mulai mentes. Aku tak mamp[u menatapnya.
Kutinggalkan dia begitu saja. Pertanyaan batinku belum terjawab.
INILAH ANAK ANAK KITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar